Jumat, 15 Juli 2011

Sistem Birokrasi Pendidikan

Visi dan Koordinasi Lemah

DPRD Usulkan Naik Percobaan

Padang Ekspres • Rabu, 29/06/2011 11:56 WIB • Gusti a gayatri & Eka r • 57 klik

Sawahan, Padek—Lemahnya koordinasi dan visi pendidikan dan olahraga di antara pemangku kepentingan, menyebabkan masalah atlet berprestasi tinggal kelas tidak kunjung tuntas dipecahkan. Karena itu, DPRD Padang meminta Disdik memainkan peran penting memediasi sengkarut 32 atlet berprestasi yang tak naik kelas di SMAN 2 Padang itu.


Komisi IV DPRD yang membidangi sektor pendidikan dan olahraga, meminta Dinas Pendidikan dan sekolah tidak lepas tangan dalam persoalan ini. Harus ada perlakuan khusus bagi atlet berprestasi. Untuk solusi jangka pendek, Komisi IV mengusulkan 32 siswa itu diberi naik percobaan.


Ketua Komisi IV DPRD Padang Azwar Siry melihat persoalan ini kompleks. Pandangan dari berbagai sudut dibutuhkan untuk membuat masalah lebih jernih. “Siswa berprestasi memang perlu diakomodir, tapi tidak berarti berhak menerima kebebasan yang sebebas-bebasnya. Selayaknya seorang atlet tidak hanya memiliki kemampuan di bidang olahraga, tapi juga memiliki kecerdasan,” Azwar kepada Padang Ekspres, kemarin (28/6).


Lemahnya koordinasi birokrasi pendidikan dan pihak sekolah dengan organisasi olahraga, disebut Azwar, sebagai satu soal. Kedua belah pihak mestinya bisa menentukan yang terbaik bagi anak didik. Termasuk dalam hal jadwal latihan dan sekolah. “Pembentukan sekolah khusus olahraga (SKO) memang dibutuhkan, tapi itu belum tentu kapan waktunya. Harus ada langkah cepat untuk menyelamatkan anak-anak ini,” tukasnya.

Pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Padang Bambang Sutrisno di media tentang semua siswa diperlakukan sama, tidak disalahkan Azwar. Akan tetapi, tentu harus ada kebijakan Disdik terhadap para pelajar yang berprestasi tersebut. Dinas tak bisa lepas tangan seperti itu.


Disdik harus melakukan mediasi antara wali murid dan organisasi olahraga. Sehingga ada solusi yang didapatkan untuk kedua belah pihak. “Kenaikan kelas percobaan bisa jadi solusi jangka pendek. Pelajar yang tidak naik kelas bisa mengikuti pelajaran tambahan saat musim liburan. Apabila, nanti setelah diberi kesempatan mereka tak mampu, maka tentu saja para pelajar tersebut harus mengulang kembali. Setidaknya harus ada kesempatan yang kita berikan untuk mereka,” ulasnya.


Sekretaris Komisi IV Zaharman juga menyesalkan terlambatnya penangaan yang dilakukan pihak sekolah sehingga 32 siswa berprestasi tak naik kelas. “Jika sekolah mengetahui nilai pelajarnya rendah, mereka terlebih dahulu membuat kebijakan seperti ujian ulangan. Atau memberikan tugas tambahan untuk mendongkrak nilai mereka. Karena telah jadi konsumsi publik, mau tidak mau harus ada solusi yang bisa diberikan untuk siswa berprestasi,” sarannya.


Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Padang Bambang Sutrisno menyatakan siap memediasi persoalan banyaknya siswa berprestasi di bidang olahraga di SMAN 2 Padang yang tidak naik kelas.
“Kami nanti akan duduk bersama dengan pihak-pihak terkait menyelesaikan persoalan ini. Masukan DPRD terhadap solusi jangka pendek, tentunya jadi masukan bagi Disdik. Saya belum dapat memberikan jawaban langkah apa yang akan diambil untuk siswa berprestasi di bidang olahraga itu. Tunggulah mediasi itu kami lakukan,” tuturnya.


Tak Ada Apresiasi
Salah seorang orangtua atlet yang tinggal kelas di SMAN 2 mengungkapkan, tidak ada pihak sekolah melakukan pemanggilan atau memberi kesempatan pada siswa berprestasi di bidang olahraga untuk melakukan remedial (pengulangan).


“Anak kami tidak ada dipanggil soal nilai. Tahu-tahu sudah ada rapat dan anak saya tinggal (tidak naik kelas, red),” ujar bapak itu yang minta namanya tidak ditulis karena khawatir anaknya makin dipersulit di sekolah.


Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah sebelum Prima Yunaldi, siswa yang tergolong atlet diberi toleransi. Seperti jadwal masuk siswa dilonggarkan. Jika siswa umum masuk pukul 06.45 WIB, atlet ini diberi kesempatan untuk masuk pada pukul 07.15.


Wali murid lainnya juga menyesalkan tidak adanya kepedulian sekolah terhadap prestasi atlet yang terkadang membawa nama daerah dalam iven olahraga. “Anak kami pun mengaku tidak pernah diberi kesempatan pihak sekolah agar ujian ulang atau tugas dan jam belajar tambahan,” jelas orangtua siswa lainnya.


Informasi yang diperoleh Padang Ekspres dari salah seorang guru di SMAN 2 Padang, mengungkapkan, nilai siswa berprestasi di bidang olahraga itu sebenarnya hanya kurang sedikit dari kriteria kelulusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar